Minggu, 05 Juli 2015

Nasehat Diri

by Ust. Badrusalam. Lc

Ali bin Abi Thalib berkata: Kesabaran dalam iman itu bagaikan kepala pada jasad, mungkinkah jasad akan hidup tanpa kepala??

Demikian pula iman, butuh kesabaran..
Ia memberi nutrisi hati tuk mentaati ilahi..
Namun sabar itu mudah tuk diucapkan, tetapi sulit.. Panas.. Dan berat..

Ketika iman berkata: "tujuan hidupku mencari keridlaan ar Rahman..
Kehidupan dunia hanyalah tempat persinggahan..
Disanalah kesabaran mendapat kesegaran..

Bukankah Rabbuna berfirman:
"Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, ia berkata: innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji'uun..
Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepadaNya kami akan dikembalikan..
Mereka itu mendapat pujian dari Rabb, dan rahmatNya, dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah..

Saudaraku..
Apakah kita mengira dibiarkan mengucapkan: "Kami beriman". Setelah itu kita tidak diuji ??
Tidak, demi Allah..
Ujian pasti kan menerpa..
menyaring keimanan..

Dikala ujian silih berganti..
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan umatnya agar semakin mendekat kepada ilahi..

Suatu malam beliau bangun tiba-tiba dan bersabda: Subhanallah.. Fitnah apa yang diturunkan di malam ini?..
Bangunkanlah para pemilik kamar itu..
Berapa banyak orang berpakaian di dunia, ia telanjang di akhirat..

Moga untaian kata ini sedikit memberi kehidupan di hati kita..
Untuk menempuh jalan menuju Allah..
Bersabarlah..
Sampai berjumpa di telaga haudl..

Dengan Rasul kita yang tercinta..

Seperti Hujan dan Tanah


 by  Ustadz Badrusalam, Lc

Nabi shallallahu'alaihi wasallam mengumpamakan ilmu dan hati seperti hujan dan tanah..
Beliau bersabda, "Perumpamaan apa yang Allah utus aku dengan membawa petunjuk dan ilmu..
Bagaikan air hujan yang mengguyur tanah..
Riwayat Bukhari dan Muslim..

Perhatikanlah air hujan itu..
Ia turun membawa keberkahan untuk bumi..
Dengannya Allah hidupkan tanah yang telah mati..
Beraneka ragam pepohonan tumbuh bertasbih memujiNya..
Sebagai kenikmatan bagi hamba-hambaNya..
Pohon itu adalah pohon iman..
Yang membuahkan buah amal yang ranum dan manis..

Ketika hujan tak kunjung datang..
Tanah menjadi kering kerontang..
Pepohonan menjadi layu..
Manusia dan binatangpun kehausan..
Berakhir dengan kematian..
Demikianlah hati..
Akan menjadi kering dan pohon imanpun menjadi layu..
Namun, adakah hamba yang merasakan kekeringan jiwanya..

Lihatlah tanah itu..
Ia butuh pengolahan yang sempurna..
Agar menjadi subur nan gembur..
Sehingga dapat menyerap air hujan dengan baik..
Lalu menumbuhkan pepohonan iman dan buah buahan amal..
Ketika tanah menjadi keras..
Ia hanya bisa menampung air hujan..
Sementara manusia dan binatang mereguk kesegarannya..
Sedang ia hampa hanya sedikit merasakan manfaatnya..
Ketika tanah menjadi licin dan tandus..
Air hujan berubah menjadi malapetaka..
Membawa banjir dan longsor..
Menghancurkan kehidupan..

Sungguh perumpamaan yang indah saudaraku..
Kita hanya berharap..
Moga hati ini dapat menerima hujan itu dengan baik..
Memberi secercah kebahagiaan..
Amiin..


Terima Kasih Guru

Kita tahu jasa guru kita begitu besar.

Kita tahu perjuangan mereka tak kenal waktu.

Ada yang sampai rela naik turun gunung, cuma hanya menebar secerca ilmu.

Berkat guru, kita pun jadi tahu akan baca tulis.

Berkat guru, kita pun jadi bisa berhitung.

Berkat guru, kita pun bisa menjadi seorang engineer.

Lebih lagi jadi seorang guru agama.

Lebih lagi jadi seorang guru yang mengenalkan Islam.

Lebih lagi jadi seorang guru yang menunjukkan shirotul mustaqim.

Waktunya lebih banyak untuk umat, sampai kadang kurang untuk dirinya sendiri dan keluarga.

Terus apa balas kita?

Ucapan terima kasih yang begitu besar tentu pantas disematkan pada mereka.

Karena apa?

Siapa yang tidak tahu terima kasih pada yang berjasa padanya, maka tentu ia tidak pantas dikatakan bersyukur.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia. (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kebaikannya tentu saja pantas untuk dibalas.

Dari Jabir bin Abdillah Al Anshary, ia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan. (HR. Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr wash Shilah, 87-Bab Maa Jaa-a fii Man Tasyabbaa bimaa Lam Yuthihi, shahih).

Namun kami rasa kebaikan guru kita tak mungkin dibalas dengan jasanya semisal yang ia beri.

Lantas dengan apa?

Dengan doa dan terus mendoakannya dalam kebaikan, itulah cara bisa membalasnya.

Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya. (HR. Abu Daud no. 1672 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Jazakallah khoir para guru kami

Jazakallah khoir para ustadz kami

Jazakallah khoir para masyaikh kami

Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan melimpah di sisi-Nya.

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Siapa yang diberikan kebaikan, maka katakanlah kepada pelakunya, Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan). Seperti itu sudah sangat baik dalam memuji (HR. Tirmidzi no. 34).

Semoga Allah membalas jasa baikmu dengan memberkahi umurmu, memberkahi waktumu, menjaga keluargamu, menambah terus ilmumu, memperbagus amalmu, membaguskan dunia dan akhiratmu.

Moga doa kami pun dapat khusus ditujukan pada guru-guru kami sebagaimana contoh ulama salaf terdahulu.

Al Harits bin Suraij berkata, aku mendengar Al Qotton berkata, Aku senatiasa berdoa pada Allah untuk Imam Syafii, aku khususkan doa untuknya.

Abu Bakar bin Kholad berkata, Aku selalu berdoa pada Allah di akhir shalatku untuk Syafii. (Disebutkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Siyar Alamin Nubala, 10: 20, cetakan Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-11, 1422 H).



# Oleh muridmu yang mungkin masih sangat kurang dalam membalas jasamu,


Yang senantiasa mengharapkan rahmat-Nya: Muhammad Abduh Tuasikal